FILOSOFIS.ID - Nietzsche adalah seorang filsuf unik yang berpikir dengan
cara yang unik dan mengomunikasikannya dengan cara yang unik. Keunikannya
membuatnya begitu istimewa di dunia filosofis. Pikirannya tidak pernah lepas
dari latar belakang kehidupannya.
Nietzsche tak segan-segan menceritakan kisah hidupnya dalam
tulisannya. Selain itu, cara pengungkapan filsafatnya secara sastra merupakan
hal baru dalam dunia filsafat yang selalu bertumpu pada objektivitas dan
standar kebahasaan. ‘
Bagi Nietzsche, banyak kebenaran hanya dapat disampaikan
melalui sastra. Artinya, penafsiran kebenaran selalu bersifat jamak, bukan
tunggal.
Pandangan Nietzsche tentang kematian Tuhan sendiri dapat
ditemukan dalam beberapa karyanya. Salah satu bukunya yang terkenal tentang itu
ada dalam bukunya, The Science of Gay Gay (The Science of Happiness). Dalam
cerita itu, seorang gila menerobos kerumunan dan meneriakkan kematian Tuhan.
“Tidakkah kamu telah mendengar seorang gila yang menyalakan
lentera di pagi hari yang cerah, berlari menuju tempat kerumunan, dan
terus-menerus berteriak: “ Aku mencari Tuhan! Aku mencari Tuhan!” – Ketika
banyak orang yang tidak percaya pada Tuhan berdiri di sekelilingnya kemudian,
dia mengundang gelak tawa. Apakah dia orang yang hilang? Tanya seseorang.
Apakah dia telah tersesat seperti anak kecil? Tanya yang lainnya. Atau dia
sedang bersembunyi? Apakah dia takut pada kita? Apakah dia orang yang
baru saja mengadakan pelayaran? Seorang perantau? — Maka mereka saling
bertanya sinis dan tertawa.
Orang gila itu melompat ke tengah kerumunan dan menatap
mereka dengan mata tajam. “Ke mana Tuhan?” dia berteriak: “Aku akan
menceritakan pada kalian, Kita telah MembunhNya — Kalian dan aku. Kita
semua adalah pembunuhnya… Tuhan sudah mati. Tuhan terus mati…”
… “aku telah datang terlalu awal.” Dia kemudian mengatakan:
“waktuku belum datang. Peristiwa besar ini masuh terus berjalan, masih
berkeliaran; ini belum mencapai telinga-teling manusia…”
Telah diceritakan lebih lanjut pada hari yang sama orang
gila itu memaksa masuk ke dalam beberapa gereja dan di sana menyanyikan requiem
aeternam Deo…
Sangat penting untuk disebutkan di sini ide dasar Nietzsche
tentang Tuhan. Nietzsche memahami Tuhan seperti mimpi. Saat kita tidur dan
bermimpi, kita merasa seperti berada di dunia nyata padahal ternyata itu hanya
mimpi.
Manusia tidak dapat membedakan antara kenyataan yang nyata
dan kenyataan yang hanya berupa bayangan. Jika Anda mencoba menjelaskannya,
Nietzsche berpikir bahwa Tuhan hanyalah proyeksi dari keterbatasan manusia,
yang menginginkan kekuatan tanpa batas.
Posting Komentar