FILOSOFIS.ID - Ini adalah peringatan pertama yang akan Anda temui dalam novel Gadis Kretek, selain bungkus rokok. Sebuah novel yang memadukan aroma tembakau dan cengkeh dengan aroma cinta yang menyelimuti setiap halaman.
Novel Gadis Kretek adalah novel pertama Ratih Kumala dan
saya langsung membacanya dan jatuh cinta. Gadis Kretek tidak hanya tentang
romansa, tetapi memiliki bakat Indonesia yang kuat yang mengangkat budaya Jawa.
Penulis berhasil menyatukan cerita dengan baik, mengawinkan
cinta, keluarga, persaingan bisnis, pertempuran harga diri, budaya dan sejarah
dengan bit yang tepat untuk membuat pembaca (saya) betah dan berhasil
menyelesaikannya.
Digolongkan sebagai novel sejarah, novel ini menceritakan
sejarah cengkeh Indonesia. Sejarah industri rokok Indonesia diceritakan dari
masa ke masa, mulai sebelum, selama dan setelah Indonesia merdeka. Pasang surut
industri rokok, lika-liku, menceritakan secara detail, namun tetap pantang
menyerah.
Alkisah, kesehatan Pak Soeraja, pemilik sabu-sabu nomor satu
di Indonesia, terus menurun. Dalam keadaan sekarat, bukan nama belakangnya yang
sering ia sebut.
Tapi nama seorang wanita yang sayangnya bukan istrinya, nama
suci yang seharusnya tidak dia ucapkan; Zheng Ya! Ketiga putranya, pewaris
Kretek Djagad Raja, yakin bahwa permintaan terakhir pendetanya adalah menemui
Jeng Yah.
Lebas, Karim dan Tegar ingin memenuhi permintaan pendeta
mereka. Namun, mengingat pukulan itu menyulitkan pendeta untuk berbicara, hanya
berbicara tentang kota suci, sulit bagi mereka untuk menggali informasi tentang
siapa dan di mana Zhengya sekarang.
Pada saat yang sama, jika mereka bertanya kepada ibunya
Purwanti, mereka takut membuat ibunya marah, karena tidak diharapkan di
kemudian hari, nama Jeng Yah berhasil membuat ibu mereka dilalap api
kecemburuan. Berlomba melawan malaikat maut, dan dengan pesan kecil dari
pendeta mereka, mereka melakukan perjalanan ke pelosok Jawa untuk mencari Jeng
Yah.
Perjalanan untuk menemukan sosok Zhengya memungkinkan mereka
untuk secara tidak langsung menelusuri rahasia bisnis dan keluarga.
Mengungkap asal-usul karet Nitril Djagad Raja, menjadi karet
Nitril nomor 1 di Indonesia. Selain itu, mereka belajar tentang kisah cinta
masa muda ayah mereka dengan putri Idroes Moeria, Jeng Yah, yang ternyata
adalah pemilik Kretek Gadis, minuman lilac lokal buatan Kota M, yang terkenal
pada zamannya.
Rokok kretek sudah melegenda dan rasanya tak tertandingi.
Lantas, apakah Lebas, Karim dan Tegar berhasil menemukan Jeng Yah? Penasaran,
langsung baca novelnya.
Novel ini berisi aroma tembakau, cengkeh dan rokok kretek di
seluruh. Cover Gadis Kretek sangat menarik. Sebuah ilustrasi seremonial dengan
gambar seorang gadis berbaju sedang memegang sebatang rokok mewakili kisahnya,
dengan latar belakang seorang pengusaha rokok kretek.
Pada tahun 2019, Penerbit Gramedia.com mencetak ulang novel
tersebut dengan sampul yang sedikit berbeda. Jika sampul cetakan 2012
didominasi warna merah, sampul baru dicetak warna biru. Namun tetap cantik dan
tidak mengurangi kesan aroma tembakau.
Pemesanan KLIK DI SINI
Posting Komentar