Filosofis - Ilmu pengetahuan, filsafat dan agama sama-sama bertujuan untuk menemukan kebenaran, namun ketiganya mempunyai sumber kebenaran yang berbeda-beda.
Ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang cara mendapatkannya dilakukan dengan langkah- Langkah
tertentu. Langkah-langkah tertentu tersebut dinamakan logico hypotetico
verifikasi. Logico hypotetico verifikasi dimulai dengan mengajukan suatu
permasalahan dan untuk menjawab permasalahan tersebut disusunlah suatu kerangka
teori yang bermuara kepada jawaban sementara atas permasalahan tersebut yang
dinamakan hipotesis.
Hipotesis yang telah dirumuskan
belum dapat diterima sebagai sebuah kebenaran jika belum dilakukan pengujian.
Pengujian dilakukan untuk menerima atau menolak hipotesis tersebut. Hasil
pengujian hipotesis dapat disimpulkan sebagai sebuah kebenaran atau sebaliknya.
Jadi, kebenaran ilmu pengetahuan
tidak bersifat absolut. Kebenaran ilmu pengetahuan dapat diterima selama tidak
ada fakta yang menolak kebenarannya. Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat
pragmatis. Ilmu pengetahuan dipandang benar dan dianggap sebagai pengetahuan
yang sahih sepanjang tidak ditolak kebenarannya dan bermanfaat bagi manusia.
Ilmu pengetahuan juga tidak
selalu memberikan jawaban yang memuaskan terhadap masalah-masalah manusia. Ilmu
pengetahuan mempunyai berbagai keterbatasan dan keterbatasan inilah yang
memerlukan bantuan filsafat dalam memberikan jawaban.
Sedangkan filsafat menemukan
kebenaran dengan melakukan perenungan yang merupakan percobaan untuk menyusun
suatu sistem pengetahuan yang rasional dan memadai. Perenungan kefilsafatan
bertujuan untuk memahami dunia tempat hidup dan memahami diri sendiri.
Perenungan kefilsafatan tidak
berusaha menemukan fakta, tetapi menerimanya dari mereka yang menemukan fakta
tersebut. Fakta diuji dengan mengajukan kritik atas makna yang dikandung suatu
fakta dan menarik kesimpulan umum atas fakta tersebut.
Jadi, kebenaran filsafat
diperoleh dengan melakukan perenungan kefilsafatan dan bersumber dari rasio
sehingga menghasilkan kebenaran yang bersifat subyektif dan solipsistik,
sehingga tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan semua pihak.
Untuk permasalahan-permasalahan
tertentu filsafat juga tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan, maka
manusia mencari jawaban yang pasti dengan berpaling kepada agama.
Agama memberikan informasi yang
sangat jelas dan cepat dalam memastikan keberadaan Allah. Manusia tidak perlu
bersusah payah mencari hakekat Allah dengan mempergunakan ilmu pengetahuan atau
pun filsafat.
Dalam hal ini, Allah
memerintahkan manusia agar tidak memikirkan zat Allah, namun pikirkanlah
zat-zat ciptaan Allah, karena manusia tidak akan mungkin sampai kesana. Allah
menegaskan bahwa manusia tak akan mampu mempelajari zat-Nya seperti telah
dituangkan dalam surat Al Isra ayat 85 yang artinya : ”Tidaklah engkau
diberikan pengetahuan melainkan sedikit saja”.
Jadi, kebenaran agama bersifat
mutlak karena berasal dari sesuatu yang mutlak dan memberi penyelesaian yang
memuaskan bagi banyak pihak. Agama memberi kepastian yang mantap terhadap suatu
bentuk kebenaran karena kebenaran agama didasarkan pada suatu kepercayaan.
Agama mengandung sistem credo
atau tata kepercayaan tentang sesuatu yang mutlak di luar manusia.
Pemesanan buku-buku Filsafat di KLIK LINK DI SINI
Posting Komentar