Malam yang begitu dingin itu. Ada banyak sekali teriakan
histeris. Juga, kalimat-kalimat menyesakkan dada. Terlintas begitu saja.
Melalui telinga seorang anak kecil. Iya, Ayah memarahi Ibu habis-habisan.
Seperti telah kerasukan setan. Tiada ampun lagi pada Ibu. Sehingga Ayah
memutuskan pergi, meninggalkan Ibu dan Friska di rumah yang dingin itu.
Friska tumbuh selayaknya anak pada umumnya. Apa yang membuatnya berbeda. Hanyalah status. Sebagai anak korban dari ‘broken home’. Kegagalan, Ayah serta Ibunya, menjalin keharmonisan di dalam rumah tangga. Tidak menggentarkan, pun menyurutkan impian Friska. Justru, ia yang paling terlihat merekahkan senyum paling indah di antara teman-temannya. Menebarkan kebahagian di sekelilingnya. Pun, terkadang ada kesedihan yang menggumul di dalam hatinya. Ia tepis saja. Sebab, ia tak ingin menderita lagi.
Posting Komentar